01 Februari 2009
Palestina Oh Palestina…
SOLIDARITAS untuk rakyat Palestina yang menjadi kebiadaban zionis Israel muncul di seluruh jagat dunia. Tak tanggung-tanggung, hingga hari kesepuluh serangan Israel, telah lebih 500 rakyat Palestina terbunuh serta lebih 2.500 orang luka-luka parah dan ringan. Aksi ini memunculkan kecaman terhadap Israel, sampai penggalangan dana serta pengiriman sukarelawan untuk Palestina. Sudah lebih 60 tahun rakyat Palestina menahan derita akibat perang yang tak henti-hentinya. Walau negara Palestina yang berbentuk Republik Parlementer baru diumumkan berdirinya pada tanggal 15 November 1988 di Aljiria, ibu kota Aljazair.
Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia yang mengumumkan kemerdekaannya setelah memperoleh Konsesi Politik dari negara penjajah, Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari negara lain, melainkan untuk mengikat empat juta kelompok etnis dalam satu wadah, yaitu negara Palestina. Dalam pengumuman itu ditetapkan pula bahwa Yerusalem Timur (akan) dijadikan ibu kota negara. Kepala negara saat ini adalah Presiden Mahmud Abbas, yang menggantikan Alm. Yasser Arafat. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina, beranggotakan 500 orang.
Sumber keuangan untuk membiayai pemerintahan saat ini berasal dari negara-negara Timur Tengah, Lembaga Islam serta tokoh perseorangan yang bersimpati dengan perjuangan negara ini. Sebelumnya, Pelestina mendapatkan sumber keuangan dari hasil pajak yang dibagikan oleh Israel. Namun sejak beberapa waktu lalu, kucuran dana dihentikan secara sepihak oleh pihak Israel atas persetujuan Amerika Serikat.
Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa kucuran dana yang diberikan akan digunakan bagi kegiatan perlawanan terhadap Israel oleh HAMAS yang baru saja memenangkan Pemilihan Umum di Palestina.
Berdirinya negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Pengumuman berdirinya negara ini dilakukan oleh Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat yang kemudian menjadi Presiden Palestina, dari pusat pemerintahan di pengasingan, di Aljiria, Aljazair. Dari segi hukum interansional, eksistensi negara ini rapuh karena selain tidak diakui sebagian negara anggota Dewan Keamanan PBB, juga akibat wilayah geografi yang masih belum begitu jelas (wikipedia.org).
Terdorong keinginan untuk memperoleh wilayah kediaman yang tetap, sejak tahun 1987, orang Palestina melakukan Intifadah, yaitu gerakan yang memperlihatkan sikap bermusuhan secara terang-terangan terhadap Pemerintahan Israel dalam berbagai bentuk seperti: melempar tentara Israel dengan batu, melempar dengan bom molotov, boikot atas berbagai produk Israel, tidak membayar pajak maupun cukai, pengunduran diri secara massal para pegawai Arab yang ditunjuk oleh Pemerintah Israel, dan pemogokan periodik. Gerakan Intifadah ini mendapat dukungan luas terutama dari Pemerintah negara di Timur Tengah.
Kapan serangan Israel akan berakhir? Tak ada yang bisa menjawabnya. Israel tampaknya memang berniat meratakan Palestina dengan tanah. Israel tak hiraukan kemarahan rakyat dunia, terbukti serangan terus terjadi.
Di Indonesia, sejumlah organisasi mulai menghimpun relawan untuk dikirim ke Palestina. Tapi, apakah mungkin melawan kecanggihan teknologi perang Israel hanya dengan semangat saja? Jelas tak mungkin melawan tentara Israel dengan bambu runcing seperti semasa mempertahankan kemerdekaan RI tempo dulu. Yang tepat itu justru mengirim pasukan tempur dengan persenjataan lengkap. Tapi, apakah pemerintah mau? (almudazir)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar