03 Desember 2007

Melayang di Atas Waterboom Sawahlunto

TANGAN Ninilisyah (17), terlihat memegang dua utas tali gantungan. Dengan peralatan safety yang kuat disertai helm, dia melayang-layang di udara di atas objek wisata waterboom di Air Dingin, Muaro Kalaban, Kota Sawahlunto, Sumbar. Roda rel yang diletakkan pada dua untai bentangan tali baja, bergulir kencang. Meski sedikit pucat, namun Ninilisyah terlihat begitu bahagia bermain Flaying Fox tersebut. Gadis ABG ini sepertinya grogi dan ketakutan, mukanya sedikit pucat sementara tubuhnya gemetaran. Maklum, ia baru pertamakali melakukan kegiatan seperti ini. "Saya baru pertamakali melakukannya, tapi saya menikmati fasilitas ini untuk menambah kepercayaan diri dan sekaligus uji nyali" aku gadis manis berkulit kuning yang tengah berlibur dan pulang kampung ini saat dijambangi pada hari kedua puluh ramadhan lalu. Ninilisyah, satu di antara puluhan penikmat Flaying Fox yang kini tengah diujicobakan kepada pengunjung waterboom, kerena fasilitas olah raga uji nyali diudara itu kini tengah dipersiapkan untuk menyambut datangnya hari Raya Idhul Fitri 1428 Hijriah. "Pasalnya, saat itu angka kunjungan wisatawan diprediksi bisa mencapai angka 8.000 orang dalam satu hari penuh," ungkap Kepala Kantor Pariwisata Sawahlunto, Drs Hendri Thalib, diruang kerjanya kemarin. Sebelum melayang diudara, pengunjung bisa terlebih dahulu mandi dikolam yang sumber airnya berasal dari pegunungan sekitar. "Airnya bersih dan dingin, inilah yang membuat kami betah berlama-lama disini" kata Ninilisyah yang mengaku kuliah disebuah perguruan tinggi negeri di Pekan Baru. Melayang dan berada diatas ketinggian diudara sangat mengasyikkan, apalagi jalurnya melintas di atas kolam pemandian water boom dengan ketinggian sekitar 30 meter cukup membuat gamang peserta. Walau belum pernah mencoba, penikmat FF yang didominasi kalangan anak muda ini tidak cukup menikmatinya satu kali saja. Ada yang minta tambah dan bergantian, namun ketika itu antrian cukup panjang ditambah keterbatasan waktu, maka peserta hanya dapat dijatah satukali penyeberangan atau sekali jalan dengan membayar Rp 5 ribu untuk sekali jalan. "Dalam kesempatan yang lain akan saya coba lagi" timpal Fifi, teman Ninilisyah. Petugas Flaying Fox, Hendra dan Rozan, mengatakan, untuk mengoperasikan Flaying Fox, ia cukup melakukannya bertiga dengan beban tugas satu berada di pangkal pemberangkatan dan satu berada di ujung tempat pendaratan. Satu orang lagi bertugas menarik tali khusus yang berada dibawah bentangan tali baja pengangkut peserta Flaying Fox. "Untuk pekerjaan ini kami memungut biaya Rp 5 ribu per peserta untuk sekali jalan, soal keamanan dan keselamatan menjadi perhatian utama bagi kami. Jadi nggak usah takut dan kuatir karena tali baja atau sling ini mampu membawa beban berat sekitar 2 ton" ungkap Hendra. Kondisi fasilitas Flaying Fox masih semi permanen. Fery seorang pengunjung asal Pekanbaru yang ditemui, menyarankan sarana Flaying Fox yang ada perlu ditempatkan pada lokasi permanen dan kokoh, jangan dipasang pada pohon kayu dan ditambatkan pada patok tali yang kurang kuat dan mengkuatirkan keselamatan pengguna. "Jika pohon dan tambatannya tumbang serta copot bagaimana keselamatan pengguna? Saya berpendapat yang paling utama diperhatikan adalah faktor keselamatan dan kenyamanan pengguna. Untuk itu butuh fasilitas yang kuat dan kokoh serta permanen. Sebagai daya tarik Sawahlunto cukup baik memanfaatkan kesempatan, kedepan orang tidak hanya sekali jalan tapi bisa bolak-balik ketempat start awal," saran Fery yang mengaku bekerja disebuah perusahaan minyak terkemuka di Duri, Riau. Menjawab komentar Fery, Hendri Thalib berucap, hal itu hanya sementara karena fasiltas tersebut akan dibangun permanen sesuai standar dan kelayakan yang mengacu pada faktor keselamatan "namun dalam kondisi sekarang kekuatannya penyangganya sudah kami uji dan sangat kuat nggak perlulah dikuatirkan"tandasnya yakin. (almudazir/indra yosef)

Tidak ada komentar: