18 Desember 2008

Multiplier Effect Bandara Umum di Dumai

Kepala Dinas Perhubungan Dumai Drs Syafruddin Kamal MM saat audiensi dengan Menteri Perhubungan Jusman Syafei di ruang kerja Menhub, 29 Oktober 2008 lalu. PENGALIHAN pengelolaan Bandar Udara (Bandara) Pinang Kampai dari PT Pertamina UP II Dumai ke Pemerintah Kota Dumai, merupakan satu langkah maju bagi pembangunan dan perkembangan perekonomian Kota Dumai. Mengapa tidak, pengalihan dalam bentuk pinjam pakai itu sejalan dengan perubahan status Bandara Pinang Kampai dari Bandara Khusus ke Bandara Umum. Artinya, semua maskapai penerbangan komersil berpeluang mendarati bandara ini. Dikatakan langkah maju, akan banyak sekali multiplier effect dari beroperasinya bandara tersebut. Tingginya mobilitas pejabat pemerintahan, legislative, pebisnis dan berbagai aktivis organisasi lain di Kota Dumai serta daerah tetangga Bengkalis, Rokan Hilir, Duri dan bahkan mungkin Kabupaten Siak, menyebabkan peningkatan kebutuhan arus transportasi udara. Bila selama ini mereka harus mengeluarkan cost yang cukup besar untuk berangkat ke Jakarta, karena harus dari Bandara Sultan Syarif Kasim, Pekanbaru, maka dengan beroperasinya Bandara Pinang Kampai, jelas lebih efektif dan efisien. Efsiensi tidak saja dari aspek waktu tapi juga biaya. Warga dari Duri jelas lebih memilih berangkat dari Bandara Pinang Kampai yang jarak tempuhnya hanya sekitar 1 jam, daripada Bandara Sultan Syarif Kasim dengan jakar tempuh 4 jam dari Duri, bila ingin berangkat ke Jakarta. Sama halnya dengan warga di Rohil, Bengkalis dan sekitarnya. Nah, dengan tingginya arus masuk orang ke Dumai, otomatis peredaran uang juga akan makin besar. Minimal, sambil menunggu keberangkatan, air mineral agak sebotol akan mereka beli juga. Bisa saja mereka makan dan minum dulu sebelum berangkat. Atau mungkin mereka menginap dulu semalam di Dumai. Semua itu jelas menambah peredaran uang di Dumai, sejalan dengan peningkatan pendapatan warga Kota Dumai. Dengan begitu, hotel-hotel di Dumai akan kebanjiran tamu. Pedagang-pedagang makanan dan minuman bakal panen. Tukang parkir pun akan ikut ketiban rezeki. Bayangkan, bila satu hari ada 2 atau 3 penerbangan dengan jumlah seat terisi rata-rata 50 penumpang saja, maka akan ada minimal 100 atau 150 orang yang berpotensi menebarkan uangnya di Kota Dumai dalam berbagai transaksi. Itupun kalau dia berangkat sendiri. Bial diantar saudara, sopir dan lainnya, jumlah akan membengkak lagi. Karena, fenomena hari ini, jarang terlihat penumpang pesawat yang datang sendiri ke bandara untuk berangkat. Lebih dominan mereka diantar istri, anak atau keluarga lainnya, minimal sopir. Dan jarang pula terjadi, begitu sampai di bandara langsung naik pesawat. Tetap ada selang waktu untuk ngobrol, ngopi, makan atau sekedar beli air mineral. Karena itu, seharusnyalah masyarakat Bengkalis, Rohil apalagi Dumai, mensyukuri dan mendukung operasional bandara ini. Karena, tidak saja bagi warga Dumai, keuntungan juga diperoleh warga kabupaten tetangga ini bila ingin bepergian ke Jakarta, Batam atau mungkin Negara tetangga yang dimungkinkan rutenya dibuka oleh maskapai yang masuk nantinya. Cobalah hitung sendiri, berapa biaya yang mesti dikeluarkan bila hendak ke Jakarta lewat Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, bila kita dari Bengkalis, Rohil atau Dumai dan sekitarnya. Mana yang murah bila dari bandara Pinang Kampai? (almudazir) foto bandara. dok.skyscrapercity.com

Tidak ada komentar: