03 Februari 2009

Boikot Produk AS = Perbesar Pengangguran

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) mungkin harus berpikir ulang dengan seruannya untuk pada umat agar memboikot produk Amerika Serikat (AS) seperti Kentucky Fired Chicken (KFC), McDonald, Coca Cola atau produk-produk Amerika serta yahudi lainnya. Sudah MUI berpikir untuk menggalang kekuatan guna mencarikan solusi dari seruannya itu? Bila tidak, seruan itu justru akan menjadi bumerang yaitu memperbesar angka pengangguran, memperbesar lubang kemiskinan. Bahkan bisa meruntuhkan perekonomian Indonesia sendiri. Seruan untuk memboikot produk AS dan kelompok Yahudi sudah puluhan tahun dikobarkan tokoh-tokoh muslim dunia. Tapi, hingga saat ini belum terlihat jelas ada upaya dari negara-negara Islam, tokoh-tokoh muslim ataupun orang-orang kaya muslim yang mencoba membuat tandingan produk tersebut. Mungkin tidak ada umat muslim yang tidak sependapat bahwa dengan memboikot produk AS dan Yahudi akan menghancurkan perekonomian mereka. Tapi sudahkah kita memikirkan, mau dikemanakan jutaan tenaga kerja yang menumpangkan hidupnya dari produk-produk tersebut? Sudahkah kita berpikir mencarikan solusinya? Di Indonesia, orang kaya sekelas Aburizal Bakrie, kalau mau, mungkin bisa saja dengan mudah meruntuhkan dinasti Kentucky Fried Chicken dengan membuka Indo Fried Chicken atau nama lainnya di seluruh Indonesia secara serentak dan dalam waktu dekat. Lalu, semua karyawan KFC ditarik bekerja ke sana. Atau orang-orang kaya Indonesia lainnya dengan membuat tandingan produk-produk Amerika dan Yahudi lainnya, lalu menarik pekerjanya untuk bekerja di tempat itu. Ini baru tingkat satu negara Indonesia. Nah, bila gerakan ini dilancarkan secara serentak oleh negara-negara Islam di Dunia, maka seruan bokiot itu akan efektif dan tak akan membuat tenaga kerja di bisnis Yahudi itu mati kelaparan. MUI mungkin lebih efektif menggalang kekuatan ini bersama Forum Ulama International. Kalau cuma seruan-seruan saja, akan berbanding sama dengan membunuh umat. Karena, khusus di Indonesia, lebih 90 persen pekerja di KFC atau produk-produk Amerika dan Yahudi lainnya adalah umat muslim. Bahkan di sejumlah produk tersebut, lisensinya juga banyak yang dipegang oleh orang muslim. Karena itu, seruan itu tak akan efektif bila tak dicarikan solusinya. Seruan itu justru bisa berbuah petaka. Satu contoh, seandainya seruan itu memang dilaksanakan oleh umat muslim, lalu berakibat tak ada lagi orang yang makan di KFC, otomatis usaha itu tutup dan pekerjanya akan di PHK. Apakah pemerintah bisa menampungnya, memberi makan mereka. Sedangkan saat ini saja angka penggangguran selalu meningkat dari tahun ke tahun dan pemerintah kebingungan mencarikan solusinya. Akhirnya apa, dikirimlah mereka menjadi pembantu di negeri orang. Sebenarnya Al Quran sudah menjelaskan bahwa Dunia dan akhirat itu harus seimbang. Allah juga akan marah kalau umatnya saban waktu berdoa padaNya, tapi mengabaikan anak istrinya yang juga butuh hidup, butuh makan. Atau seorang istri yang sibuk mencari uang tapi mengabaikan kodratnya sebagai istri yang punya suami dan anak-anak. Jadi, kita jangan terlalu emosional. Umat muslim mana yang tak akan marah bila ada umat muslim lainnya dianiaya secara keji. Tapi, pikiran positif juga harus dimunculkan. Sekali lagi, MUI dengan kekuatan lembaganya mungkin lebih berpeluang menggalang kekuatan untuk membuat tandingan bisnis Amerika di Indonesia dengan menciptakan bisnis baru. Dengan begitu, seruan boikot itu tidak terkesan hanya sebatas emosional belaka. Dan satu hal, akan dilaknat Allah, orang-orang yang menyerukan boikot itu tapi dalam hatinya terbersit niat untuk numpang popularitas agar dapat dipilh pada Pemilu 2009 mendatang. Audzubillah min zhalik… (almudazir)

Tidak ada komentar: