27 Desember 2007

70 Meter Pagar Lapas Sook Roboh

PESAWAT handy talky di tangan Kepala Lembaga Pemasyarakat (lapas) Kelas II B Solok, Edy Amarulah Bc.Ip SH tidak pernah berhenti berbunyi. Saat itu, ia sibuk berkoordinasi dengan anak buahnya, terkait robohnya pagar tembok pembatas lapas, setinggi empat meter panjang 70 meter, Senin (24/12) malam, sekitar pukul 18.15 WIB. Sejak dua ini, Edy mengaku kurang tidur. Sebab, setiap saat dia harus mengkoordinasikan situasi lapas dengan penjaga serta Polresta Solok, yang membantu menjaga situasi hingga pengerjaan tembok yang runtuh selesai. "Untung semua tahanan dan narapidana sudah berada di selnya masing-masing. Jika tidak, ada kemungkinan tahanan dan narapidana berupaya untuk melarikan diri setelah pagar roboh," ungkap Edi pada Tribun, Rabu (25/12). Dijelaskan, robohnya tembok pembatas lapas itu, dipicu hujan lebat yang melanda Kota Solok beberapa hari. Sementara pagar itu sebelumnya juga sudah miring akibat gempa berkekuatan 7,6 skala richter yang mengguncang Sumbar pada Maret lalu. Slof beton di atas pondasi tercabut dan terlihat tidak saling melekat, kolom pembesian tidak mampu menerima beratnya beban. Diduga karena kualitas dan mutu material yang digunakan kurang baik, sehingga pagar setinggi 4 meter itu ambruk. "Untung tidak ada korban jiwa. Hanya saja pihak lapas mengkhawatirkan adanya upaya pelarian tahanan dan narapidana berbagai kasus yang menghuni lapas ini," ungkap Edy. Untuk menghindari hal yang tidak di ingini, Edy Amarulah minta bantuan pengamanan Polres Solok. Pantauan Tribun, Rabu (26/12), suasana lapas terlihat masih tenang. Penjagaan di beberapa blok tahanan ditingkatkan. Selain petugas lapas, juga terlihat penjagaan oleh beberapa polisi berpakaian lengkap. Para pembezuk tahanan dan narapidana untuk sementara waktu tidak diizinkan memasuki ruangan dalam lapas "Ini hanya sementara, dan kami melakukan tindakan buka tutup sel," kata Edy Amarulah. Lapas kelas II B Solok berkapasitas tampung 191 tahanan, kini dihuni 192 tahanan berbagai kasus. Di antaranya ada 10 tahanan dan 2 napi anak-anak, 5 tahanan wanita pada blok wanita. Lapas ini juga menampung napi yang sempat membuat kerusuhan di Lapas Muaro Padang beberapa pekan lalu, seperti Kamaruzaman yang terlibat kasus narkoba, Hendri K kasus pembunuhan, dan Agus Sarimaha, kasus perkosaan. "Untuk sementara pagar yang roboh akan di dinding mengunakan atap seng menjelang adanya pembangunan kembali kontruksi pagar yang lebih kokoh. Rencananya seluruh tembok pagar akan diganti karena tidak memiliki tiang dan kolom yang kuat serta sebagian sudah miring sehingga rentan runtuh susulan," ungkap Edy. (almudazir/indra yosef)

15 Desember 2007

Garap Pariwisata yang Bebas Maksiat

"Saya garis bawahi, tidak akan pernah ada night club di Kota Sawahlunto dalam membangun kepariwisataaan. Konsep yang kami kedepankan, bagaimana menciptakan dunia pariwisata yang bersih dari kemaksiatan," IR H AMRAN NUR Wali Kota Sawahlunto BOLA mata Wali Kota Sawahlunto H Amran Nur terlihat berbinar-binar, saat ia bicara masalah visi kota. Apalagi dia bertekad untuk mewujudkannya sebelum tahun 2020, sebagaimana yang telah dicanangkan. Amran optimis akan terjadi kemakmuran bagi masyarakat Sawahlunto di masa datang, karena konsep pembangunan Kota Sawahlunto yang baru saja memperingati HUT ke-119, akan lebih fokus kearah penggarapan potensi wisata. Dan ini bisa dikelola dan dikembangkan secara baik. Wali kota yang dikenal dengan semangat kerja kerasnya ini mengatakan, dalam membangun dan mengembangkan kepariwisataan tidak akan melepaskan faktor lingkungan seperti masalah agama dan adat. Persoalan ini begitu mendasar bagi pria asal Talawi yang juga jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1972 ini. Dia berangkat dari konsep membangun dunia kepariwisataan Kota Sawahlunto yang bersih dari maksiat. Jangan harap, ia akan menghalalkan berdirinya night club di daerah ini. "Saya garis bawahi, tidak akan pernah ada di Kota Sawahlunto night club yang dianggap dekat dengan sumber kemaksiatan dalam membangun kepariwisataaan. Konsep yang kami kedepankan adalah bagaimana menciptakan sebuah wisata yang bersih," tegasnya. Amran Nur memahami kondisi yang ada ditengah masyarakat saat ini. Pembangunan yang dilakukan pemerintah saat ini sangat berkaitan dengan visi kota tahun 2020, dimana saat itu Sawahlunto menjadi sebuah kota wisata tambang yang berbudaya. Dalam perjalananannya, lanjut Amran, berbagai infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung kearah itu telah dibangun dan terus dikembangkan sehingga visi yang harus diselesaikan pada tahun 2020 itu bisa dipercepat dan rampung lebih awal. Satu daya tariknya, kata Amran, adalah dampak dibangunnya objek wisata water boom di Muaro Kalaban. Walau tidak terlalu luas, namun keberadaannya terbukti mampu memberikan nilai lebih bagi iklim kepariwisataan Sumbar dan khusus bagi masyarakat Sawahlunto. Waterboom, lanjut Amran Nur, merupakan rahmat yang diberikan Allah SWT, karena proses awalnya penuh rintangan. "Setelah objek ini dibangun, jumlah wisatawan yang berkunjung naik signifikan. Tak kurang 350 ribu orang telah berkunjung dalan beberapa bulan belakangan ke Sawahlunto. Kondisi itu jelas memberikan dampak ekonomis bagi masayarakat sekitar. InsyaAllah, pembangunan tidak berhenti hanya sampai disitu tapi akan terus berlanjut kesemua sektor termasuk rencana pembangunan kereta gantung atau sky lift pada tahun 2008 mendatang. "Saya sudah capek meyakinkan investor untuk ikut berinvestasi membangun objek wisata di Sawahlunto dalam empat tahun ini, namun tidak ada yang serius. InsyaAllah bila sky lift kita bangun 2008 maka sudah ada yang ingin berinvestasi membangun hotel," ujarnya optimis. (almudazir)

Promosi Potensi Wisata dan Ekonomi ke Negeri Jiran

DIRWAN A DARWIS Konsultan Eco Prom Center SETUMPUK kertas kerja tersusun rapi di sisi meja ruang kantor Direktur Eksekutif Eco Prom Center, Dirwan A Darwis, dikawasan Handerson Industrial Park Singapura. Senin pekan lalu itu, jarum jam baru menunjukkan pukul 09.00 waktu Singapura. Sesuai janji, mantan staff Kedutaan Besar Indonesia di Kualumpur ini tengah menunggu Ketua PWI Kota Sawahlunto, Indra Yosef, yang hendak berbincang seputar perannya selaku konsultan pusat promosi ekonomi Indonesia di Singapura dan Malaysia. Perbincangan hangat itu dimulai dari aktivitas Eco Prom Center (EPC) yang memiliki kantor representative di Bukittingi hingga Singapura dan Kuala Lumpur Malaysia. Perusahaan jasa pengembangan dan promosi hasil industri bangsa Indonesia ini, mulai menorehkan eksistensinya di luar Indonesia, khusus di Negara Singapura dan Malaysia. Dalam era globalisasi saat ini, mantan staf diplomat bidang ekonomi dan politik ini merasakan ada sesuatu hal yang mengganjal dalam dirinya, yakni, kenapa hasil industri negara jiran itu lebih banyak membanjiri pasar Indonesia ketimbang sebaliknya. Minusnya hasil industri Indonesia di pasar ekonomi kedua negara tersebut, menjadi beban pikiran tersendiri baginya. Dari konteks pemikiran inilah, Dirwan memulai membuka wacana. Rasa malu sebagai bangsa Indonesia yang selama ini terkesan selalu tergantung pada bangsa lain, membuka hatinya untuk menepis anggapan Bangsa Indonesia telah kehilangan jatidiri dan kreativitas, terutama dalam menghadapi persaingan pasar bebas. Meski perusahaan berbendera jasa akses pengembangan promosi ekonomi dan budaya antar bangsa itu tidak se-raksasa kerajaan bisnis Liem Sio Liong di masa lalu, namun EPC mampu membangkitkan hubungan bilateral antara kebudayaan dan ekonomi masyarakat Indonesia terhadap rakyat Singapura dan Malaysia. Itu telah dibuktikannya dengan makin mesranya hubungan Kota Sawahlunto di Sumatera Barat dengan Pemerintahan Singapura dan Pemerintahan Kerajaan Malaysia, selaku bangsa serumpun Melayu yang ingin mensejajarkan kekuatan potensi ekonominya dengan bangsa lain seperti Jepang dan Cina. Dirwan Darwis, urang awak asal Baso, Bukittinggi, ini telah berhasil menyatukan kepentingan promosi wisata dan ekonomi Kota Sawahlunto di dataran kedua negara bertetangga itu. Sebut saja, jika tidak dengan jasanya dan rekannya, tidak bakal mungkin Wali Kota Sawahlunto Ir H Amran Nur, mampu menerobos pengawalan ketat istana Menteri Senior Singapura Goh Cok Tong, untuk bersilaturahmi dan memperkenalkan daerahnya yang terkenal dengan tambang batubara. Amran Nur juga memperoleh penghargaan 'Tun Perak' dari Perdana Menteri Malaysia Abdullah Badawi, berkat peran dan aktivitas serta eksistensinya di lembaga promosi wisata dan industri bangsa Melayu yang kental dalam Sekretariat Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI). Sebuah organisasi yang bergerak dalam perjuangan dan promosi potensi wisata dan ekonomi serta pengembangan SDM bangsa keturunan Melayu di Asia dan Afrika. EPC, kata alumnus satu college di Salandia Baru (New Zealand) ini, siap membantu kepentingan berbagai wilayah di Indonesia dalam pengembangan dan promosi di bidang potensi ekonomi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pertambangan, dan berbagai bidang usaha lainnya. "Yang kami inginkan Bangsa Indonesia jangan dianggap bangsa terbelakang dan selalu tergantung dengan bangsa lain. Tapi bangsa besar dan kaya dengan SDA dan SDM yang melimpah agar kita disegani bangsa lain" tutur Dirwan. (almudazir)

05 Desember 2007

VCO PENYEMBUH HIV/AIDS

"MONOLAURIN DARI VIRGIN COCONUT OIL MAMPU MENYEMBUHKAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROM (AIDS). SENYAWA YANG BERASAL DARI ASAM LAURAT ITU MAMPU MENYUSUP MELEWATI MEMBRAN LEMAK VIRUS DAN MENGHANCURKANNYA" Dr Mary G Enigh Phd Ahli biokimia dan nutrisi dari Amerika Serikat KEBIASAAN menggunakan jarum suntik secara bergantian saat berpesta narkoba membawa Aji Darma -bukan nama sebenarnya pada penderitaan tak terkira. Vonis Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dijatuhkan dokter 3 tahun silam. Sejak itu rentetan penyakit seperti membayangi pria umur 20 tahunan itu. Puncaknya pada pertengahan 2005, pria muda itu terbaring tak berdaya di pembaringan. Sekujur tubuh, mulut, hingga selangkangan dan kemaluan dipenuhi luka bernanah mengeluarkan darah yang berbau amis. Candida sp-Cendawan penyebab borok di selangkangan dan kemaluan leluasa disebabkan lantaran tubuh aji melemah. Candawan serupa menyebabkan mulutnya seperti mengalami sariwan akut sehingga tidak dapat berbicara. Sarcoma pun mencabik-cabik kulit aji. Daya tubuhnya rontok akibat cengkraman HIV / AIDS. Virus maut itu pula yang membuat kuman golongan Coccus gampang menyusup ke dalam paru-paru. Akibat menderita pneumonia- radang paru-paru yang khas pada penderita HIV/AIDS- pria yang tinggal di salah satu kota di selatan jawa itu gampang sesak nafas seperti gejala penderita Asma. Apalagi aji memang memiliki penyakit asma bawaan yang diturunkan dari keluarga. Putu Oka Sukanta, pakar pengobatan holistik yang banyak menangani AIDS, menyebutkan seseorang yang terinveksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dikatakan dalam stadium AIDS bila minimal memiliki 2 penyakit oportunistik lain, misal gangguan diare, batuk infeksi candida dan sacorma yang tidak kunjung sembuh dengan nilai CD-4 dibawah 200. Nilai CD-4 menunjukan derajat daya tahan tubuh manusia. Semakin rendah angka tersebut, maka bibit penyakin akan mudah masuk tubuh karena daya tahan tubuh melemah. Pada orang sehat nilai CD-4 di atas angka 1000. Mencoba Virgin Coconut Oil (VCO) Pihak keluarga langsung memboyong aji ke jakarta. Di ibukota, lelaki muda ini dirawat di sebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Selatan. Tak ada perubahan berarti, kemudian Aji dipindahkan perawatannya ke Rumah sakit lain di Jakarta Pusat. Di rumah ini Aji dijejali sekitar 15 obat suntik dan oral - termasuk diantaranya obat antiretrovirus yang merupakan obat standar perawatan pasien AIDS. Secercah harapan hadir ketika salah satu kerabat datang menjenguk. Sang paman yang miris melihat kondisi keponakannya tersebut menawari untuk meminum minyak kelapa murni. Kebetulan sang paman memproduksi virgin coconut oil (VCO) dan pernah mendapat informasi bahwa VCO bersifat anti virus. "Karena bersifat anti virus maka mempunyai potensi untuk menghobati penyakit akibatkan virus," tutur sang paman menirukan informasi yang didapat dari seorang peneliti di sebuah Universitas Perguruang Tinggi di Bandung. Ingin sembuh, Aji pun meneguk 3 botol VCO selama 3 hari berturut turut. Pada hari ketiga luka-lukanya mengering. Konsumsi minyak dara itu tetap dibarengi dengan obat-obatan medis dari rumah sakit. Seminggu berselang kondisi aji berangsur pulih. Sariawan di mulut sembuh, bintil bernanah di sekutur tubuh hingga selangkangan dan kemaluanpun menghilang. Tubuh menjadi lebih segar sehingga ia diperbolehka pulang. Kini 2 bulan setelah rutin mengkonsumsi virgin coconut oil, Aji yang semula terbaring tak berdaya di pembaringan sudah bisa kembali beraktivitas. Kapsul Monolaurin Jalan kesembuhan yang diharapkan aji bukan sekedar isapan jempol. Informasi yang didapat dari sang paman didasarkan pada penelitian di luar negeri tentang potensi VCO mengatasi HIV / AIDS. Salah satu riset yang dilakukan di RS San Lazaro di Filipina, sekitar tahun 2002 - 2003. Rumah Sakit untuk penyakit infeksi di bawah naungan Departement Kesehatan Filipina itu melakukan riset terhadap 15 pasien yang terinfeksi virus maut. Percobaan dilakukan selam 6 bulan. Pasien yang terdiri dari atas 5 laki-laki dan 10 perempuan berusia 22 - 38 tahun dibagi dalam 3 kelompok perlakuan. Rentang virus yang menjangkiti antara 1960 hingga 10190.000 kecuali pasien yang virusnya tidak terdeteksi, jumlah di bawah 400. semua pasien hanya mendapatkan perlakuan dengan mono laurin 95% murni sebagai monoterapi. Tidak satupun pernah mendapatkan perawatan HIV sebelumnya. Monolaurin diekstrak dari asam laurat minyak dara (VCO). Kelompok pertama terdiri dari mereka yang diberi 22 gram monolaurin per hari, konsumsinya berbentuk kapsul bervolume 800 mg. Frekuensi pemberian 3 kali sehari masing-masing 9 kapsul. Kelompok ini disebut sebagai mereka yang diberi monolaurin dosis tinggi. Kelompok kedua mendapatkan perlakuan monolaurin dosis rendah. Mereka diminta menelan 3 kapsul setara dengan 2,4 gram sebanyak 3 kali sehari. Sementara kelompok terakhir mengkonsumsi 15 ml minyak kelapa murni sebanyak 3 kali sehari atau 45 ml per hari. Dosis monolaurin pada kelompok ketiga setara dengan dosis kelompok pertama. Semua pasien diperiksa setipa hari di Rumah Sakit San Lazaro untuk mengecek efek samping yang terjadi. Keluhan badan terasa panas dan urine berwarna hijau dialami setengah dari jumlah pasien di awal perlakuan. Tiga pasien lain mendapati jerawat mereka kian meradang. Namun semua itu tidak mempengaruhi jalannya peneitian. Pemeriksaan laboraturium dilakukan pada bukan ke -3 dan 6 perlakuan. Indikator yang diukur antara lain; peningkatan berat badan, jumlah virus dalam darah dan nilai CD-4. Setelah 3 bulan diujicoba, dua pasien pada kelompok pertama menurun jumlah virusnya; kelompok ke-2 sebanyak dua orang, kelompok ke-3 sebanyak tiga orang. Namun pada pasien-pasien lain jumlahnya justru meningkat. Sementara pada pasien dengan jumlah virus tak terdeteksi, tidak ada perubahan status. Pada akhir penelitian, kelompok ke-2 yang mengalami penurunan jumlah virus dalam darah menjadi 4 orang. Sementara kelompok pertama dan ketiga masing-masing dua dan tiga orang. Dari jumlah itu penurunan signifikan dialami oleh 2 pasien di kelompok ke-3 dengan asupan minyak kelapa saja dan satu pasien dengan perlakuan monolaurin dosis rendah di kelompok ke-2. Sembuh Kasus AIDS-nilai CD-4 kurang dari 200- berkembang pada dua pasien dari kelompok terapi rendah monolaurin dan 1 pasien terapi minyak kelapa pada bulan ke-3. yang disebut terakhir akhirnya meninggak dunia setelah 2 minggu penelitian berakhir. Namun, salah satu pasien pada kelompok rendah monolaurin sembuh pada bulan ke 6. itu ditunjukan dengan nilai CD-4 yang naik dari 141 menjadi 459. seorang lagi kondisinya terus membaik. Bobot tubuh 11 pasien -termaksud dua orang dengan AIDS yang berkembang dan sembuh.Kenaikan bobot berkisar antara 1-28 kg. Tiga pasien gagal menaikan bobot tubuh tapi jumlah virus dalam tubuh menurun dan nilai CD-4 meningkat. Kuncinya terletak pada kandungan asam lemak rantai sedang, medium-chain fatty acids (MCFA). MCFA pada VCO berupa asam laurat -mencapai 53% dari total kandungan -dan asam kapriat. Asam laurat lah sumber monolaurin dan sodium laurin sulfat -2 senyawa kimia pengontrol virus HIV. Riset lain yang dilakukan oleh Keep Hole Alive pun membuahkan hasil yang sejalan. Organisasi itu mndokumentasikan beberapa pasien AIDS yang mengkonsumsi 3,5 sendok makan minyak kelapa atau setengah butir kelapa perhari, yang setara dengan 20 - 50 gram asam laurat. Jumlah virus yang menjangkiti mereka turun hingga level tidak terdeteksi. Keberadaan VCO bisa menjadi komplementer obat antiretrovirus. Maklum obat sintesis itu memiliki efek samping seperti ngilu pada tulang dan perut membesar. "dengan program pengobatan secara komplementer, termasuk kombinasi antara obat medis dan herbal, pemberian nutrisi tepat serta terapi fisik seperti olah pernapasan, kita harapkan HIV menjadi penyakit kronis yang tidak mematikan. Ujar Putu Oka pemilik rumah obat Taman Sringganis itu. (almudazir/Sumber : Majalah Trubus dan virus-hiv.blogspot)

03 Desember 2007

20 Persen CPNSD tak Ujian

"Banyak yang minta tolong, tapi mau diapakan lagi. Karena yang menilai itu komputer bukan saya. Saya tak berwenang untuk meluluskan atau tidak meluluskan siapapun." YUSMAN KASIM Wakil Wali Kota Padang KENING Adi Suyono (27), terlihat berkerut saat mengerjakan soal tes calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) Kota Padang yang digelar serentak di seluruh kabupaten dan kota di Sumbar, Minggu (2/12). "Payah e lai, apolai awak ndak baraja sejak tamat kuliah (sulit sekali, apalagi saya tidak belajar sejak tamat kuliah)," ujar tamatan STIEKBP itu usai ujian pada Tribun. Wakil Wali Kota Padang, Yusman Kasim, bersama Asisten III, Nasril Ahmad dan sejumlah panitia melakukan peninjauan ke lokasi ujian. Satu per satu ruang ujian dimasukinya, sambil mendoakan peserta bisa menjawab dengan benar seluruh soal yang disajikan. "Soalnya mudahkan," tutur Yusman, sambil menyalami seorang peserta ujian di SMPN 1 Padang. "Iyo pak, tapi jawabannya nan payah," hampir serentak peserta di lokal itu menjawab. Ketatnya persaingan untuk mendapat kursi CPNSD terjadi akibat jumlah yang diterima dengan mendaftar tak sebanding. Lamaran yang masuk lewat kantor pos besar Padang untuk seluruh kabupaten/kota di Sumbar mencapai 49.384 berkas lamaran. Padahal, yang diterima dari pelamar umum hanya 1.008 orang saja. Sedangkan dari pegawai honor, mencapai 4.783 orang. Ironis bukan? Yusman sendiri mengaku pusing karena tiap sebentar telepon gengamnya berbunyi, baik tanda ada yang nelpon maupun yang SMS. "Banyak minta tolong, tapi mau diapakan lagi, tak bisa. Karena yang menilai itu komputer bukan saya. Namun karena mendesak, ya apa boleh buat saya terima saja, tapi ingat tak ada kewenangan saya untuk meluluskan siapapun pada penerimaan CPNSD ini," jelasnya. Yusman juga menekankan, di era transparansi ini, tak zamannya lagi menerima PNS karena pertimbangan anak, menantu atau anak teman maupun keponakan. "Semuanya tergantung kemampuan otak peserta sendiri. Saya dan siapapun pejabatnya terlarang ikut campur, tak ada jatah-jatahan penerimaan CPNSD era sekarang," ungkapnya. Lain lagi asisten III Pemprov Sumbar, Sultani Wirman. Sultani mengakui kalau diberi peluang sudah penuh pula Hpnya oleh SMS. "Tapi saya katakan bahwa saya tak berkompeten untuk meluluskan atau tak meluluskan peserta CPNSD. Semua penilaian komputer yang menentukan, apalagi rencana pak gubernur nilai ujian sekarang ini diumumkan ke publik," jelasnya. Ketatnya persaingan mendapatkan formasi CPNSD di Padang sangat terasa sekali pada penerimaan CPNSD guru. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Nasional Padang, Nur Amin, untuk 2007, guru yang diterima lewat penerimaan umum hanya 13 orang. "Bayangkan bagaimana persaingannya kalau mendaftar saja sudah 616 orang," terangnya. Masih untung, peserta CPNSD 2007 diberi kebebasan di mana dia mau ujian, karena lamaran lewat pos. Di lokasi ujian SMPN 1 Padang memang tak semua kursi diisi peserta. Rata-rata 20 peserta per kelas yang tak ikut ujian. (adrian/almudazir)

Pilkada Sawahlunto April 2008

"Silahkan, saya sangat mendukung rencana lokakarya itu asal dapat memberikan pembelajaran politik terhadap masyarakat secara baik." H AMRAN NUR Wali Kota Sawahlunto "Inti kegiatan ini sifatnya informatif dan edukatif, karena ini merupakan pilkada langsung pertama bagi Kota Sawahlunto." INDRA YOSEF SUTAN KAYO Ketua PWI Kota Sawahlunto * KPUD dan PWI Gelar Lokakarya PEMILIHAN Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sawahlunto periode 2008-2013, makin dekat. Mulai Januari 2008, persiapan intensif kearah pemilihan yang direncanakan sekitar April tahun depan itu, sudah saatnya disosialisasikan ke tengah masyarakat. Ketua KPUD Sawahlunto, Syahril Stand SH, dan Ketua PWI Perwakilan Sawahlunto, Indra Yosef Datmy Sutan Kayo, serta didampingi anggota KPUD, M Salim, Alexander Isrin (Sekretaris KPUD) dan Alamsyah Halim (anggota PWI Sawahlunto), dalam keterangannya kepada Wali Kota Sawahlunto, Ir H Amran Nur, kemarin mengatakan, KPUD Sawahlunto telah secara memulai persiapan administratif Pilkada. Sebagai langkah awal, KPUD bekerjasama dengan PWI Perwakilan Kota Sawahlunto akan menyelenggarakan lokakarya menyoal informasi persiapan, orientasi, serta peran masyarakat, tokoh partai politik, lembaga keamanan dan pers dalam menyikapi pemilihan kepala daerah secara langsung yang baru pertama kali dilakukan di daerah ini. Rencananya, kata Syahril Stand, peserta diperkirakan sekitar 200 orang disertai pembicara yang diundang, terdiri dari unsur profesional dibidangnya seperti tokoh pembicara dari KPU, wartawan senior, dan pengamat politik yang memiliki kemampuan menjabarkan materi yang mereka kuasai secara proporsional. Wali Kota Sawahlunto, H Amran Nur, menyambut baik rencana kerjasama KPUD Sawahlunto dengan PWI Perwakilan Kota Sawahlunto tersebut, untuk mensosialisasikan rencana pemilihan kepala daerah secara langsung. "Jika memang sudah tepat sosialisasi dilakukan, silahkan PWI Perwakilan Kota Sawahlunto dengan mitranya KPUD melakukan kegiatan itu," ujar Amran. Namun, Amran Nur berharap, lokakarya yang akan dilaksanakan dapat memberikan nilai informasi yang positif kepada masyarakat, khususnya dalam menciptakan pemilihan kepala daerah secara langsung yang aman dan penuh persaudaraan, tanpa adanya gangguan kamtibmas apalagi perpecahan di antara warga masyarakat Kota Sawahlunto. "Yah, silahkan saya sangat mendukung rencana lokakarya itu asal dapat memberikan pembelajaran politik terhadap masyarakat secara baik" ucap Amran Nur. Ketua PWI Sawahlunto, Indra YD St Kayo, menambahkan, kegiatan tersebut rencananya akan diikuti oleh unsur pengurus Parpol, Ormas, Pimpinan dan Anggota DPRD, Muspida, wartawan, dan sejumlah unsur lembaga serta dinas/instasi terkait lainnya. "Dalam kegiatan itu kita tidak akan membicarakan siapa calon, tapi lebih kepada bagaimana menciptakan pilkada yang demokratis, dinamis, aman dan tentram, tanpa adanya gesekan dan kericuhan antar masyarakat karena pilkada mendatang sudah ada landasan hukum baku yang akan mengaturnya. Inti kegiatannya adalah informatif dan edukatif dalam pembelajaran politik masyakata pada pilkada mendatang". tambah Indra Yosef. (almudazir)

Menikmati Sawahlunto 2020 di Tahun 2007

* Menunggangi Gajah di Taman Margasatwa * Peninggalan Kolonial di Museum Goedang Ransoem * Asyiknya Bersepeda Air di Danau Buatan LIBURAN sepekan lebih menyambut Hari Raya Idhul Fitri 1 Syawal 1428 H semakin dekat. Bila anda ingin menikmati liburan sekaligus pulang kampung ke Sumatera Barat, jangan lupa mampir di Kota Sawahlunto. Sebuah kota kecil yang juga disebut the little dutch atau 'Belanda Kecil'. Kota ini memiliki nilai sejarah, karena disinilah pertamakali kolonial Belanda menemukan endapan batubara berkualitas tinggi yang diminati pasar asia dan eropa. Tidaklah mengherankan, Tambang Batubara Ombilin (TBO) di Sawahlunto yang ditemukan seorang engineer geologis bernama Willem Hendric De Greev pada tahun 1868, menjadi incaran dan dianggap penting oleh pemerintahan kerajaan Belanda saat itu. Tahun 1892, tambang bawah tanah (under ground mine Ombilin ) mulai berproduksi dengan mempekerjakan 'manusia rantai' pekerja paksa berasal darai para jawara-jawara yang didatangkan kolonial Belanda, kebanyakan dari Pulau Jawa, Sulawesi, dan sebagian dari Sumatera. Seiring mulai beroperasinya usaha pertambangan batubara Ombilin yang menjadi tambang terbesar saat itu, berbagai infrastruktur mulai dibangun, fasilitas perumahan, pabrik, dan dermaga pelabuhan kapal laut ikut menjadi bagian tidak terpisahkan dari kegiatan penambangan itu. Sejarah mencatat, keberadaan pelabuhan Emma Haven yang kini disebut Pelabuhan Teluk Bayur, Pabrik Cement Portland Indarung, jalur rel kereta api Sawahlunto-Padang Panjang-Padang, pembangunannya tidak terlepas dari adanya tambang batubara di Sawahlunto tersebut. Kini, kolonial tidak lagi bercokol disini. Namun, kebesaran Litle Ductch masih menyisakan sejarah yang masih bisa diingat. Bangunan tua bersejarah, jejak-jejak penambangan batubara bawah tanah, terowongan kereta api, dan peninggalan bersejarah lainya masih utuh untuk dikenang. Inilah historical Sawahlunto Heritage Tourism yang terus berbenah dan melangkah menuju visinya sebagai Kota Wisata Tambang pada tahun 2020, satu-satunya kota wisata yang mengandalkan nilai sejarah peninggalan penambangan batubara zaman kolonial di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Anda tidak perlu menunggu sampai tahun 2020. Semangat juang kepala daerah yang dipimpin Wali Kota Ir H Amran Nur, didukung berbagai stake holders kota dan DPRD setempat, membuat terjadinya perubahan signifikan kearah itu. Artinya anda sudah dapat menikmati susana tahun 2020 dari sekarang, karena telah banyaknya objek wisata pendukung yang dibangun pemerintah, bangunan dan kota lama terus direvitalisasi begitu halnya dengan objek lain seperti water boom tahap satu yang dilanjutkan dengan pembangunan tahap kedua. Lapangan pacua kuda bertaraf nasional kedua terbesar setelah Pulo Mas Jakarta, sirkuit permanen motor cross, zona kawasan wisata masa depan di bekas penambangan batubara terbuka (open pit mining) Kandi yang dilengkapi Danau Tandikek dan Danau Kandi yang menjadi arena bermain keluarga, dekat dari danau itu juga ada Taman Margasatwa mini yang kini dilengkapi dengan berbagai jenis spicies binatang seperti gajah, kangguru, unta, dan binatang jenis lainnya. Anda hanya butuh waktu tempuh sekitar 2 jam dari Payakumbuh atau sekitar 65 km, dan 2,5 jam bila datang dari arah Padang-Solok. Jika berkeliling dari Padang terus ke Padang Panjang melewati Danau Singkarak lalu Kota Solok dan ke Sawahlunto hanya perlu waktu sekitar 3 jam. Begitu halnya bila datang dari arah Jambi untuk ke Sawahlunto hanya butuh perjalanan sekitar 5 jam, jalannya lurus dan lebar beraspal hot mix. Selain ingin ke objek tersebut, di atas di Kota "Tua" Sawahlunto juga sudah ada museum Goedang Ransoem dan Museum Kereta Api. Pada dua museum yang yang hanya berjarak sekitar 1 km ini, anda dapat mengenali sejarah dan mengenali Sawahlunto sebagai kota tambang bersejarah. Khusus di museum kereta api. Anda bisa menikmati kereta wisata menuju dan masuk terowongan kereta terpanjang di Indonesia dengan hanya membeli karcis satu kali perjalanan Rp 3000. Dan untuk masuk museum Gudang Ransoem dipungut retribusi Rp 1000 dewasa dan Rp 500 anak-anak sama halnya dengan karcis masuk museum kereta api. Jika anda ingin ke waterboom pada masa liburan ini hanya dipungut biaya masuk sebesar Rp 10 ribu. Di dalam ada fasilitas hiburan, warung makanan, dan jika punya nyali, anda dapat menikmati sarana Flying fox untuk bergantungan dilangit waterboom. Nah, sekarang jika ingin ke kebun binatang mini, maka nikmatilah tunggangan gajah hanya dengan membayar Rp 5000 untuk dewasa/anak per orang, anda akan berkeliling duduk dipundak gajah. Tapi sebelumnya anda harus merogoh kocek masuk lokasi sebesar Rp 2.500 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Sekarang soal perut. Bila anda puas berjalan dan perut terasa lapar, di Sawahlunto banyak rumah makan yang menyediakan makanan spesifik seperti, Soto Urang Awak dan Rumah Makan Dendeng Batokok di Muaro Kalaban, serta banyak lagi restoran. Anda tinggal pilih. Selamat Berwisata Lebaran. (almudazir/indra yosef)

Berwisata Sejarah dan Alam ke Sawahlunto

Museum Goedang Ransoem di Sawahlunto Di Museum ini tersimpan berbagai benda benda peninggalan kolonial Belanda, termasuk peralatan memasak. Museum ini terletak di pusat Kota Sawahlunto Objek Wisata Danau Buatan Kandi Di objek wisata Kandi ini, selain danau buatan anda juga bisa melihat kebun binatang dengan aneka satwa serta mengajak keluarga naik gajah sumatera

Berwisata di Museum Tambang Bawah Tanah

GEDUNG itu baru saja direnovasi. Bangunan ini merupakan bekas tempat saringan dan pencucian batubara yang pernah dioperasikan koloni Belanda tempo doeloe, terdapat di Kelurahan Saringan, Kecamatan Berangin, Sawahlunto. Kini, bangunan bertingkat kokoh tahan gempa tersebut sebagian ruangannya menjadi Kantor Pariwisata Kota Sawahlunto. Di ruangan kantor ini wisatawan dapat mengumpulkan informasi tentang pengembangan kepariwisataan heritage tourism Kota Sawahlunto, terutama mengenai kelanjutan pembangunan kawasan Tangsi Baru, Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar, sebagai situs pertambangan batubara bawah tanah tertua di Indonesia. Kepala Dinas Pariwisata Kota Sawahlunto, Drs Hendri Thalib, terlihat sibuk melakukan aktifitasnya. Di ruangan 4 kali 5 meter, ia menikmati tiupan kipas angin sembari terus menyelesaikan pekerjaannya yang masih terbengkalai di sebuah meja berukuran cukup besar. Maklum, Hendri Thalib ketika itu harus bergegas untuk menghadiri agenda rapat menyambut Hari Raya Idhul Fitri 1428 H mendatang. Menurut Hendri Thalib, pengembangan berbagai fasilitas sarana dan prasarana objek wisata di Kota Sawahlunto terus dilakukan guna menyongsong visi kota tahun 2020 yakni menjadikan Sawahlunto sebagai Kota Wisata Tambang yang Berbudaya. Sati di antara pokok pembahasannya adalah, kelanjutan pembangunan kawasan situs penambangan batubara tertua di Indonesia yang terdapat di kawasan Tangsi Rantai, RT IV/RW II Kelurahan Tanah Lapang. Lokasi ini, kata Hendri Thalib, mulai dikerjakan lagi setelah berhasil dibuka kembali bulan lalu sejak ditutup sekitar tahun 1932 oleh koloni Belanda. Untuk menanganinya pemerintah butuh biaya sekitar Rp 1 miliar, guna kegiatan rehabilitasai dan pengembangan situs pertambangan batubara tersebut menjadi objek wisata sejarah heritage tourism. Untuk pendanaan, Lanjut Hendri Thalib, ada gambaran akan dibantu oleh Pemerintah RI melalui Dirjen Sejarah dan Purbakala sebesar Rp 1 miliar, di bawah nilai proposal yang diajukan sekitar Rp 1,7 miliar. Dana yang Rp 1 miliar itu, rencananya akan digunakan buat penataan landscape kawasan, penataan lubang tambang batubara untuk objek wisata sejarah, pembuatan diorama, penerangan, penataan alur tempat orang berkunjung, renovasi dan membangun kembali kebentuk semula Gedoeng Pertemoean Boerouh (GPB) yang masih ada sampai saat ini untuk dijadikan sebagai pusat informasi situs pertambangan batubara bawah tanah Ombilin. "Dana bantuan Pemerintah Pusat itu masih belum kita terima dan tengah dalah proses realisasinya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat dan tahun ini juga. Namun untuk pelaksanaan pengembangan tetap kita lakukan guna percepatan pengembangan situs ini" kata Hendri Thalib. (almudazir/indra yosef)

Melayang di Atas Waterboom Sawahlunto

TANGAN Ninilisyah (17), terlihat memegang dua utas tali gantungan. Dengan peralatan safety yang kuat disertai helm, dia melayang-layang di udara di atas objek wisata waterboom di Air Dingin, Muaro Kalaban, Kota Sawahlunto, Sumbar. Roda rel yang diletakkan pada dua untai bentangan tali baja, bergulir kencang. Meski sedikit pucat, namun Ninilisyah terlihat begitu bahagia bermain Flaying Fox tersebut. Gadis ABG ini sepertinya grogi dan ketakutan, mukanya sedikit pucat sementara tubuhnya gemetaran. Maklum, ia baru pertamakali melakukan kegiatan seperti ini. "Saya baru pertamakali melakukannya, tapi saya menikmati fasilitas ini untuk menambah kepercayaan diri dan sekaligus uji nyali" aku gadis manis berkulit kuning yang tengah berlibur dan pulang kampung ini saat dijambangi pada hari kedua puluh ramadhan lalu. Ninilisyah, satu di antara puluhan penikmat Flaying Fox yang kini tengah diujicobakan kepada pengunjung waterboom, kerena fasilitas olah raga uji nyali diudara itu kini tengah dipersiapkan untuk menyambut datangnya hari Raya Idhul Fitri 1428 Hijriah. "Pasalnya, saat itu angka kunjungan wisatawan diprediksi bisa mencapai angka 8.000 orang dalam satu hari penuh," ungkap Kepala Kantor Pariwisata Sawahlunto, Drs Hendri Thalib, diruang kerjanya kemarin. Sebelum melayang diudara, pengunjung bisa terlebih dahulu mandi dikolam yang sumber airnya berasal dari pegunungan sekitar. "Airnya bersih dan dingin, inilah yang membuat kami betah berlama-lama disini" kata Ninilisyah yang mengaku kuliah disebuah perguruan tinggi negeri di Pekan Baru. Melayang dan berada diatas ketinggian diudara sangat mengasyikkan, apalagi jalurnya melintas di atas kolam pemandian water boom dengan ketinggian sekitar 30 meter cukup membuat gamang peserta. Walau belum pernah mencoba, penikmat FF yang didominasi kalangan anak muda ini tidak cukup menikmatinya satu kali saja. Ada yang minta tambah dan bergantian, namun ketika itu antrian cukup panjang ditambah keterbatasan waktu, maka peserta hanya dapat dijatah satukali penyeberangan atau sekali jalan dengan membayar Rp 5 ribu untuk sekali jalan. "Dalam kesempatan yang lain akan saya coba lagi" timpal Fifi, teman Ninilisyah. Petugas Flaying Fox, Hendra dan Rozan, mengatakan, untuk mengoperasikan Flaying Fox, ia cukup melakukannya bertiga dengan beban tugas satu berada di pangkal pemberangkatan dan satu berada di ujung tempat pendaratan. Satu orang lagi bertugas menarik tali khusus yang berada dibawah bentangan tali baja pengangkut peserta Flaying Fox. "Untuk pekerjaan ini kami memungut biaya Rp 5 ribu per peserta untuk sekali jalan, soal keamanan dan keselamatan menjadi perhatian utama bagi kami. Jadi nggak usah takut dan kuatir karena tali baja atau sling ini mampu membawa beban berat sekitar 2 ton" ungkap Hendra. Kondisi fasilitas Flaying Fox masih semi permanen. Fery seorang pengunjung asal Pekanbaru yang ditemui, menyarankan sarana Flaying Fox yang ada perlu ditempatkan pada lokasi permanen dan kokoh, jangan dipasang pada pohon kayu dan ditambatkan pada patok tali yang kurang kuat dan mengkuatirkan keselamatan pengguna. "Jika pohon dan tambatannya tumbang serta copot bagaimana keselamatan pengguna? Saya berpendapat yang paling utama diperhatikan adalah faktor keselamatan dan kenyamanan pengguna. Untuk itu butuh fasilitas yang kuat dan kokoh serta permanen. Sebagai daya tarik Sawahlunto cukup baik memanfaatkan kesempatan, kedepan orang tidak hanya sekali jalan tapi bisa bolak-balik ketempat start awal," saran Fery yang mengaku bekerja disebuah perusahaan minyak terkemuka di Duri, Riau. Menjawab komentar Fery, Hendri Thalib berucap, hal itu hanya sementara karena fasiltas tersebut akan dibangun permanen sesuai standar dan kelayakan yang mengacu pada faktor keselamatan "namun dalam kondisi sekarang kekuatannya penyangganya sudah kami uji dan sangat kuat nggak perlulah dikuatirkan"tandasnya yakin. (almudazir/indra yosef)

25 November 2007

Bank Nagari Tunggu Gugatan

* 37 Debitur Minta Alsintan Dioperasikan * Pemkab Pessel akan Gelar Rapat Koordinasi "Kita harus mempelajari dulu masalah 37 debitur Bank Nagari ini, karena kita belum tahu apa persoalan sesungguhnya. Nanti akan kita agendakan rapat koordinasi." SYAFRIZAL Wakil Bupati Pesisir Selatan HARAPAN 37 debitur Bank Nagari agar alat mesin pertanian (alsintan) yang digudangkan sejak dua tahun untuk bisa dioperasikan, tampaknya bakal terwujud. Wakil Bupati Pessel, Syafrizal, Selasa lalu mengatakan, Pemkab Pessel akan menggelar rapat koordinasi untuk mencarikan solusi masalah 37 debitur tersebut. "Pengadaan alsintan itu merupakan program pembangunan bidang pertanian melalui proyek pengadaan alsintan. Apalagi perkaranya sudah selesai hingga ke tingkat Mahkamah Agung. Kita akan carikan solusinya," ujar Syafrizal, yang dihubungi via ponselnya. Syafrizal mengatakan, memang sampai saat ini pemerintah kabupaten belum membuat kebijakan apa pun terkait dengan masalah tersebut. Namun dalam waktu dekat, akan dilakukan rapat koordinasi untuk mengetahui duduk persoalan dalam mencari solusi terbaik. "Kita harus mempelajari dulu masalah ini karena kita belum tahu apa persoalan sesungguhnya. Nanti akan kita akan agendakan rapat koordinasi," ujarnya. Secara terpisah humas Bank Nagari, Mulyadi Bachtiar mengatakan sampai saat ini pihaknya belum membuat kebijakan, menyangkut persoalan yang dialami 37 debitur dalam program alsintan. Namun pihaknya berencana akan membentuk tim untuk menangani masalah yang dialami debitur tersebut. "Tapi saya belum tahu kapan tim tersebut dibentuk. Kita menunggu adanya gugatan dulu," ujarnya. Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumatera Barat, Murdani meminta kedua belah pihak, yaitu para debitur dan bank Nagari harus duduk bersama mencari solusi, terkait dengan pembayaran sisa kredit pembelian mesin traktor dalam program alsintan. "Mau tidak mau debitur harus menanyakan status barang milik mereka yang dijadikan barang bukti dalam perkara ini pada bank Nagari. Sehingga mereka juga bisa melaksanakan kewajiban mereka ke pihak bank," ujarnya. Karena, lanjutnya, selama proses hukum perkara ini berlangsung, traktor yang mereka beli dari pinjaman kredit bank nagari, praktis tidak beroperasi karna menjadi barang bukti di pengadilan. Belum lagi kerusakan dan penyusutan alat pada mesin tersebut. Debitur jelas tidak mungkin bisa membayar kreditnya lantaran traktor tersebut tidak beroperasi. "Selama traktor menjadi barang bukti, debitur dibebaskan dari kewajiban membayar kredit. Kalau pun debitur masih dibebani melunasi kreditnya pasca perkara ini selesai, debitur harus membicarakan dengan pihak bank, bagaimana bentuk penyelesaiannya. Kedua pihak harus duduk bersama," ujarnya Pasca selesainya proses hukum kasus dugaan korupsi pada proyek alsintan ini membuat 37 debitur menjadi bingung. Pasalnya selama proses hukum tersebut berjalan mulai 11 November 2004 sampai sekarang, 247 unit traktor milik 37 debitur dikandangkan pihak kejaksaan. Akibatnya mereka tidak bisa mengoperasikan traktor tersebut. Selama proses 'pengandangan' ada mesin traktor yang rusak. Di satu sisi, para debitur mesti melunasi pinjaman atas kredit 247 unit traktor tersebut. (youngster/almudazir)

23 November 2007

Ada Debitur Bank Nagari Sakit Jiwa

* Bingung Bayar Kredit Alsintan TIGAPULUH tujuh peserta program mekanisasi alat mesin pertanian (alsintan) di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), terlihat tak bergairah pada temu ramah dengan mantan Bupati Pessel, Jumat (16/11) lalu. Hampir tiga tahun alsintan yang mereka peroleh dari PT Alsintan Makmur Jaya (AMJ), selaku penjamin kredit mereka pada Bank Nagari, tak bisa digunakan, karena terkait kasus dugaan korupsi dan berakibat alsintan itu dikandangkan. Kini, setelah Mahkamah Agung (MA) menyatakan ketiga terdakwa, SK Boentoro (Direktur PT AMJ) selaku avalis, Ir Syamsudarman (Kepala Dinas Pertanian Pessel), dan Syahrial hakim (Mantan Kepala Cabang Bank nagari Painan) dinyatakan tidak bersalah, 247 alsintan berupa hand traktor, stationary traktor dan combain harvester, belum juga dapat mereka gunakan. Karena jaksa belum melaksanakan putusan MA tersebut. Putusan MA itu menolak kasasi Kejaksaan Negeri Painan atas vonis bebas Pengadilan Negeri (PN) Painan terhadap ketiga terdakwa yang dikadukan oleh Bank Nagari, dengan tuduhan kredit fiktif sebesar Rp 9,16 miliar pada Bank Nagari. Seorang debitur, Des (45), pada temu ramah itu mengaku, karena stres memikirkan tagihan kredit traktornya pada Bank Nagari, ada seorang debitur yang terpaksa masuk rumah sakit jiwa. "Dia sakit jiwa karena tidak tahu apa yang diperbuat. Untuk makan sehari-hari saja susah karena traktor mereka masih ditahan," ujar Des, yang enggan menyebutkan nama debitur demi menjaga nama baik bersangkutan. Temu ramah yang dihadiri mantan bupati Pesisir Selatan, Darizal Basir, Mantan kepala cabang Bank Nagari Painan, Syahrial dan SK Boentoro, selaku penjamin kredit 37 dbeitur pada Bank Nagari itu, terlibat diskusi cukup alot. Kedua belah pihak berupaya menyusun langkah-langkah selanjutnya, khususnya masalah yang dialami debitur menyangkut pelunasan kredit traktor, pasca bebas murninya 3 tersangka alsintan gate di tingkat MA. Umumnya para debitur yang datang bingung dengan kondisi saat ini. Apalagi putusan mahkamah agung yang membebaskan 3 tersangka di atas sepenuhnya belum mereka ketahui secara persis. Karna itu, begitu ada tawaran dari pihak Bank Nagari dalam beberapa kali pertemuan pada bulan Juli 2007 untuk menyepakati take over (pengambilalihan) kepada Boentoro (tanpa persetujuan Boentoro, red), para debitur menerima begitu saja. Menurut seorang debitur, Hasfian Khoilani, dari beberapa kali pertemuan dengan pihak Bank Nagari, tanpa dihadiri Boentoro, ada dua opsi yang ditawarkan pihak Bank Nagari, yaitu take over kredit atau pihak bank berjanji akan memperbaiki traktor yang rusak selama dikandangkan pihak Bank Nagari. Pada saat itu, para debitur memilih take over meski dengan rasa terpaksa. "Kalau bapak ibu setuju take over, berarti secara hukum kita akan berhadapan, karena saya sudah menolak tawaran take over dari Bank Nagari," ujar Boentoro. Lantaran belum ada kesepakatan, pertemuan lanjutan akan digelar pada awal November 2007 untuk menentukan sikap dari debitur pasca perkara tersebut. Pertemuan ini nantinya akan dihadiri 37 debitur. Pertemuan tersebut juga akan mengundang pihak Bank Nagari dan pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan, dalam hal ini kepala dinas Pertanian Tanaman Pangan. "Terus terang kami tidak tahu harus mengambil langkah karena masing-masing pihak punya pendapat berbeda," ujar Hasfian. Mencuatnya proses hukum alsintan gate sampai perkara ini selesai dengan dinyatakannya 3 tersangka bebas murni ditingkat mahkamah agung, membuat 247 unit traktor yang dikredit debitur ditahan pihak Bank Nagari. Penahanan traktor tersebut mulai 11 November 2004 sampai sekarang. Artinya sudah 3 tahun lebih. Selama dikandangkan, otomatis para debitur tidak bisa mempergunakannya. Di satu sisi, pelunasan kredit traktor tersebut mesti dilunasi. "Pertemuan ini satu solusi untuk menyelesaikan masalah debitur sehingga mereka tidak dirugikan. Pertemuan ini hendaknya bisa menghasilkan win-win solusi," ujar Darizal Basir, yang saat perkara ini dimulai menjabat sebagai bupati Pesisir Selatan. (youngstser/almudazir)

Anak Ketiga Saya Terpukul

* Pengakuan Syamsudarman, Tersangka Kasus Alsintan Gate HARI-hari berat dijalani mantan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Pesisir Selatan, Ir Syamsudarman, selama menjadi tersangka perkara Alsintan Gate, kasus dugaan korupsi pengadaan alat-alat dan mesin pertanian (alsintan) senilai Rp 13,7 miliar pada 2005. Bukan saja anaknya yang terpukul dengan peristiwa tersebut, masyarakat umum pun mencapnya layaknya benar-benar koruptor. "Anak ketiga saya, Sastra Lesmana (29), sangat terpukul. Ia memang paling dekat dengan saya," ujar Syamsudarman, saat menuturkan masa duka menjalani proses hukum di sela-sela temu ramah 37 debitur dalam perkara Alsintan di stadion tertutup lapangan bulutangkis Ardopa Sport Rawang Kecamatan IV Jurai, Painan, Jumat (16/11). Kata Syamsudarman, hal terberat dan membuat Sastra terpukul saat mobil miliknya juga disita jaksa. Padahal, keberadaan mobil tersebut tidak ada kaitannya dengan perkara yang tergolong masih prematur itu. Pasalnya, Kejaksaan Negeri Painan langsung menetapkannya sebagai tersangka, begitu dipanggil dan diperiksa pertama kali untuk memberikan keterangan. Untungnya Syamsudarman jauh-jauh hari sudah membicarakan kemungkinan buruk yang terjadi ketika kasus ini mencuat ke permukaan pada Januari 2005. Namun sang istri, Yas Hariati (51) dan tiga dari empat anaknya, Novrian Ningsih (33), Susna Dewi Roza (31) dan Sas Beni Putra (27), lebih tegar menghadapi masa-masa berat itu. Bahkan, ketiga anaknya meminta Syamsudarman tidak perlu takut karena memang tidak bersalah. Dorongan inilah membuat Syamsudarman tegar dan semakin yakin dirinya hanyalah korban dari pengaduan Bank Nagari tersebut. "Susahnya masyarakat umum benar-benar menganggap saya sebagai seorang koruptor yang tidak punya tempat lagi di tengah masyarakat," paparnya. Selama menjalani pemeriksaan, tidak sedikit bawahan dan kerabat di lingkungan kerja yang berpandangan negatif dan meninggalkannya. Begitu juga sebagian pihak keluarga, mereka sudah menganggap Syamsudarman koruptor. Apalagi dia sempat dipenjara lima bulan, 5 Januari sampai 6 Mei 2005. Apalagi jabatan kepala dinas yang dipegangnya juga ikut dicopot bupati pada 1 Maret 2006. Meskipun begitu, ada juga yang merasa simpati dan memberikan dukungan moril untuk tegar menghadapi persoalan tersebut. Saat menghadapi sidang pengadilan, dalam berita acara pemeriksaan (BAP) yang dibacakan jaksa penuntut, mulai terlihat ada keanehan dan keterlibatannya terkesan 'dipaksakan' atau sengaja dikorbankan. "Saya yakin tidak bersalah dalam perkara ini. Apa alasan saya malu. Keluarga juga memberikan dukungan yang begitu besar," ujar Syamsudarman, yang saat ini staf dinas pertanian Sumbar. Keyakinanya terbukti. Pengadilan negeri (PN) Painan menyatakan dia bersama tiga terdakwa lainnya, Syahrial Hakim (mantan Kepala Cabang Bank Nagari Painan) dan Sk Boentoro (direktur PT Alsintan sebagai penjamin 37 debitur dalam proyek Alsintan), tidak bersalah sehingga diputus bebas murni, 11 April 2006. Syamsudarman meminta ada komitmen pemerintah untuk memilah antara perkara hukum yang sifatnya pribadi dengan perkara kedinasan. Dengan begitu, ada perlindungan hukum terhadap pejabat yang diperkarakan. (youngster/almudazir)

Carikan Debitur Solusi Terbaik

SELAKU pihak yang merencanakan program tersebut, Mantan Bupati Pessel, Darizal Basir, meminta pemerintah daerah, baik pemerintah Pemkab Pessel maupun Pemprov Sumbar proaktif mengkonsolidasi pihak-pihak terkait kelanjutan program alat-alat dan mesin pertanian (alsintan), pasca selesainya perkara hukum kasus ini. Pasalnya, kata Darizal, meski perkara hukum kasus ini selesai dan dibebaskannya tiga tersangka yang diduga terlibat korupsi, persoalan ini tidak selesai begitu saja. Posisi 37 debitur yang terlibat program alsintan tersebut mesti dijelaskan, khususnya dalam hal pelunasan kredit traktor mereka pada Bank Nagari Sumbar. "Alsintan ini merupakan program pembangunan pertanian yang merujuk pada rencana strategi 10 tahun, mulai 2001 sampai 2010 yang dicantumkan dalam peraturan daerah Pessel. Mau tidak mau, pemerintah daerah harus arif untuk menyelesaikannya," ujar Darizal, pada acara yang berlangsung di stadion tertutup lapangan bulutangkis Ardopa Sport Rawang Kecamatan IV Jurai Painan. Temu ramah itu juga menghadirkan Boentoro selaku investor alsintan dan penjamin kredit 37 debitur itu pada Bank Nagari, selaku penyandang dana. Karena itu, lanjut Darizal, pemerintah daerah harus segera mengkonsolidasikan pihak-pihak yang terlibat, agar 37 debitur itu tidak dirugikan serta kredit pada Bank Nagari bisa dilanjutkan pembayarannya. "Ini harus dicari solusi dan tindak lanjut, terutama masalah alat yang dikredit 37 debitur yang telah disita selama proses kasus ini," ujarnya. (youngster/almudazir)

27 Oktober 2007

Lebaran Tanpa Salaman

SUHERMAN, tetangga saya di Padang, betul-betul marah dengan perilaku anaknya, Ade. Pada lebaran lalu, anaknya yang kini berjualan baju di Bekasi, hanya mengirimkan Short Message Service (SMS) padanya, bahwa dia tidak bisa pulang pada Lebaran Idul Fitri 1428 Hijriah. Saat itu sudah dua hari menjelang lebaran. "Maaf, pa. Saya tidak bisa pulang pada lebaran ini. Saya sibuk jualan. Mohon kirimkan nomor rekening bapak, atau yang lain. Saya mau kirim uang buat beli baju adik" begitu kira-kira pesan SMS yang ditulis Ade, yang saya baca dari ponsel Suherman. Suherman sangat kesal dengan kabar itu. Bukannya dia tidak mau menerima bantuan anak sulungnya itu, tapi dia sangat rindu ketemu sama anaknya itu. Karena, sudah tiga lebaran Ade tak pulang. Setiap mau lebaran, dia selalu kirim SMS, mengabarkan tidak bisa pulang, sibuk jualan atau alasan lainnya yang tidak bisa diterimanya. "Bukannya saya tidak butuh uang. Tapi yang penting, di hari baik bulan baik ini, kesempatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga serta sanak famili. Tak memberi uang pun, bagi saya ndak apa," kata Suherman. Wajahnya terlihat agak sedih. Menurut Suherman, lebaran ini momen untuk berkumpul keluarga serta saling bersalaman, saling bermaafan dengan snaka famili terhadap apa yang telah diperbaut, disengaja atau tidak. Kalau hanya lewat SMS, kita tahu ketulusannya. kalau dengan orang lain yang tidak ada hubungan keluarga, masih bisa ditolerir. Kalau dengan keluarga sendiri, harus saling mengunjungi. Bertemu muka, memperlihatkan keputihan hati, kebersihan jiwa. "Karena itu saya perlu dia hadir di rumah ini. Bersalaman dengan keluarga, snaka famili dan tetangga. terus, apa benar dia sehat seperti yang dikabarkannya. Tidak seperti anak teman saya, dikabarkan sehat-sehat saja. Ketika dikunjungi, ternyata sudah kurus kerempeng. Badannya kumal. Tidak terurus," keluh Suherman. Aku berpikir, benar juga apa yang disampaikan tetanggaku itu. Teknologi telepon selular, memang telah membuat komunikasi menjadi tak berjarak. Namun, apakah kita tahu, orang di seberang itu berbohong atau tidak. Memang telah ada teknologi 3G untuk bisa melihat lawan bicara kita, tapi biayanya sangat mahal. Harga ponselnya saja tidak kurang dari dua juta. "Pokoknya saya perlu kamu pulang. Nggak usah kasih uang pun tak apa. Walau hanya satu jam di rumah, habis itu kalau mau balik lagi silahkan," suara Suherman terdengar cukup keras. Dia memutuskan untuk menelpon anaknya itu, karena tidak puas hanya berkomunikasi lewat SMS. Saya juga tak bisa bicara banyak. Saya hanya menyarankan pada Suherman, kalau Ade tidak pulang, ada baiknya disusul saja ke Bekasi. "Sekaligus memastikan, apa benar dia jualan baju," saranku. Suherman menerima saran saya. Tapi kemudian dia berpikir, dengan apa ke sana. Sehari-hari dia hanya bekerja sebagai kuli bangunan. Penghasilannya setiap minggunya hanya cukup untuk biaya hidup dan sewa kontrakan. Kalau lagi bayar uang sekolah anak perempuannya yang kini sudah di sekolah menengah, terpaksa dia pinjam tetangga dan pembayarannya dicicil tiap minggunya. Persoalan lain, dia tidak pernah ke Jawa. Kalau bawa orang lain, biayanya jadi membengkak. "Saya juga tidak tahu pasti, apa benar dia sekarang di Bekasi atau tidak," katanya. "Coba saya bapak SMS lagi. Dia di Bekasi-nya di mana. Trus, kalau dari Padang naik apa biar mudah. Bilang juga bapak mau ke sana. Kalau untuk ongkos bus ke sana, biar saya bantu," kata saya. Suherman lalu mencoba mengirim pesan SMS pada anaknya. Namun beberapa lama ditunggu, tak juga dijawab. Lalu diteleponnya, nada panggil ada tapi tak diangkat. "Anak keparat!! makinya. Lalu Suherman kembali mengambil ponselnya dan menulis SMS. "Bapak perlu kamu pulang. kalau belum juga bisa pulang, tak usah aja kirim SMS atau telepon. Percuma, kami juga tak akan membalas," SMS itu lalu dikirimnya. Sampai saya kembali berangkat kerja ke Pekanbaru, empat hari kemudian, Ade belum juga menjawab SMS bapaknya. (almudazir)

19 Oktober 2007

Miskin Akibat Pemekaran

* DPRD Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Berkunjung ke DPD RI PEMEKARAN membuat penghasilan daerah Kabupaten Sawahlunto Sijunjung menjadi jauh berkurang. Apalagi sejumlah aset-aset penting dan potensial, berada di wilayah Kabupaten Dharmasraya, sebagai kabupaten baru hasil pemekaran. Termasuk ribuan hektare perkebunan dan wilayah hutan produksi, yang selama ini menjadi lumbung Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sawahlunto Sijunjung. Akibatnya, untuk membangun kembali Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), yang kini berada di wilayah Kabupaten Dharmasraya, Pemkab Sawahlunto Sijunjung tak lagi punya uang. Begitu juga untuk membangun sarana dan prasarana lain, pemkab bumi lansek manih ini sangat kewalahan. Sekitar 70 persen dari wilayah hutan yang ada, terdiri dari hutan lindung. Prihatin dengan kondisi itu, Rabu (26/9) lalu, delegasi DPRD Kabupaten Sawahlunto Sijunjung, menemui Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, H Irman Gusman SE, serta anggota DPD RI daerah pemilihan Sumbar, Mochtar Naim dan Afdal. Sementara, Zairin Kasim, berhalangan hadir karena masih diliputi duka atas kematian saudaranya, Moyardi Kasim, akibat tertimpa runtuhan gedung akibat gempa yang mengguncang Sumatera beberapa waktu lalu. Para delegator yang dipimpin Ketua DPRD Sawahlunto Sijunjung, Asnam Malin, diterima Irman Gusman, didampingi Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPD, Siti Nurbaya Bakar, di ruangan kerjanya, Lantai 8, Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen. Para legislator Sawahluto Sijunjung ini, menyampaikan tiga pokok persoalan yang menjadi kerisauan mereka bagi pembangunan kabupaten tersebut kedepan. Menurut Irman, merupakan tugas DPD untuk selalu berkomunikasi dengan para stakeholder di daerah masing-masing. "DPD menjadi penghubung antara pusat dan daerah," jelasnya. Para stakeholder dimaksud adalah kelompok atau organisasi masyarakat, gubernur, bupati, walikota, serta DPRD. Asnam Malin menuturkan, sebagai penduduk daerah mereka menemui wakil-wakilnya di pusat atau yang diistilahkan dengan pucuk. "Memang pucuknya di sini. Kami dari bawah, dari akar, ingin ke pucuk. Kalau pucuk itu subur, buahnya akan subur pula. Kalau istilah di kampung, buah nan labek, daun nan rimbun, isi nan manih. Jadi, semua bersinergi." Atas nama rombongan Komisi B yang membidangi ekonomi dan kesejahteraan rakyat, mewakili 25 anggota DPRD Sawahlunto Sijunjung, selain bersilaturahim dengan anggota DPD asal Sumatera Barat mereka juga menyampaikan sejumlah persoalan daerah. "Apo nan bisa dibantu, dari utusan daerah untuk daerah," ucap Asnam. Asnam menguraikan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sawahlunto Sijunjung berencana membangun RSUD. Dulunya, RSUD yang semula berlokasi di wilayah Kabupaten Sijunjung, setelah pemekaran Sawahlunto Sijunjung pada awal Januari 2004 beralih menjadi aset Kabupaten Dharmasraya. Kendati telah dialokasikan Rp 25 miliar dalam APBD 2007, tetap saja tidak mencukupi. Padahal, pekerjaan fisik diharapkan mulai awal 2008. "Selama ini kami tidak punya, kalau mau punya dibangun yang bagus tentu dengan anggaran besar." Selanjutnya, Sawahlunto Sijunjung sebagai daerah tujuan transmigrasi yang mengambil lahan di seberang Batang Kuantan, lanjutan Batang Ombilin. Untuk menghubungkan kedua sisi Batang Kuantan maka harus dibangun jembatan sepanjang 150 meter. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi bersedia berbagi fifty-fifty dengan Pemda Sawahlunto Sijunjung, yaitu lahan pembangunan jembatan dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi sementara bahan pembangunan jembatan dari Pemkab Sawahlunto Sijunjung. "Selain itu, dengan pemekaran hampir 49 persen wilayah potensial di Sawahlunto Sijunjung akan hilang. Yang tertinggal hanya hutan lindung yang mencapai 70 persen dari wilayah hutan, sisanya perkebunan. Dengan status hutan lindung, penduduk dan pemkab tidak bisa mengembangkan usaha perkebunan berskala besar. "Kalau mengundang investor, terganjal hutang lindung," ujarnya. Dulunya, sebelum pemekaran wilayah perkebunan terletak di daerah-daerah yang menjadi bagian Kabupaten Dharmasraya. "Kami berharap, keberadaan hutan lindung tersebut dikompensasikan dengan dana penerimaan untuk Sawahlunto Sijunjung. Sekarang kan tak ada," ucapnya. Karena itulah, mereka berencana ke Departemen Kehutanan untuk mempertanyakan masalah itu. Menanggapi hal itu, Irman mengatakan, DPD sangat mendukung pendirian RSUD. Ia meminta Pemkab Sawahlunto Sijunjung menyampaikan detil bangunan RSUD beserta nilai dan pembiayaan proyeknya kepada anggota DPD. Demikian pula dengan bahan-bahan transmigrasi. Mengenai keberadaan hutan lindung, Irman menghubungkannya dengan global climate change yang menyebabkan perubahan iklim dan temperatur dunia. Karena itu, negara-negara di dunia mengharapkan Indonesia berpartisipasi menjaga kelestarian hutan tropisnya dalam rangka menahan perubahan iklim dan temperatur dunia secara drastis. Tentu tidak berkeadilan jika daerah hanya menjaga kelestarian hutan saja, sementara penduduk sekitar hutan dan di bagian lain daerah bersangkutan tetap dalam keadaan miskin. DPD berpendapat, keberadaan hutan lindung di suatu daerah perlu diperhitungkan dalam formulasi dana alokasi umum (DAU). "Tidak fair juga. Tentu harus dikompensasi," tuturnya, seraya menandaskan wilayah provinsi Sumatera Barat sendiri terdiri atas hutan lindung 70 persen. Hanya saja, Irman mengingatkan, kalaupun hutan lindung itu dikonversi menjadi perkebunan jangan sampai dikuasi hanya satu atau dua kelompok pengusaha. Bukan berarti alergi terhadap monopoli pengusahaan perkebunan melainkan agar penduduk sekitar juga beroleh manfaat pengonversian. Sementara itu, Mochtar Naim menggambarkan secara menyeluruh sekaligus mengevaluasi pemerintah daerah dan masyarakat Sumbar. Fokus perhatiannya adalah tiga sumber daya, sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), dan sumber daya budaya (SDB). Ia mengidentifikasi, masalah topografi dan geografi di Sumbar adalah kesenjangan dikotomis antara pedalaman yang relatif maju dengan sepanjang pesisir pantai yang relatif terbelakang, kecuali bagian lingkaran tengah sampai pantai. Kesenjangan dikotomis topografi dan geografi lainnya, sambung Mochtar, antara daerah pedalaman lingkaran tengah dengan pedalaman lingkaran luar. Daerah ini menjadi reservoir rimba yang sangat berguna bagi kesuburan dan kelestarian lingkungan dengan pendaman SDA-nya. Walaupun cukup beragam tetapi sejauh yang dieksplorasi tak satupun laik dieksploitasi, karena magnituda volume depositnya yang terbatas. Tinggallah daerah lingkaran luar dan periferal yang berbatasan dengan provinsi-provinsi tetangga, yang SDA-nya kaya tetapi sudah "digadaikan" atas nama pembangunan kepada para kapitalis atau investor dalam dan luar negeri. "Kepintaran" para pejabat Orde Baru dengan semangat "atas nama pembangunan" yang terbudur menggebu-gebu, ungkapnya, berhasil membujuk rakyat menyerahkan tanah ulayat mereka disertai ganti-rugi berupa siliah-jariah sekadarnya. Menurutnya, otonomi daerah baru berarti sebagai sebuah seni memerintah kalau SDA-nya terbatas tetapi SDM dan SDB-nya kaya dan berpotensi. Itu karena kemampuan merangkai dan mengawinkan ide-ide yang baik dari mana-mana, sehingga walaupun Sumbar miskin SDA dan kedodoran SDM, tapi kaya dengan potensi SDB. Kearifan budaya Minangkabau itulah yang dimanfaatkan menyongsong masa depan yang cerah di bawah kebijaksanaan para pemimpin yang memikirkan rakyatnya, tidak memikirkan diri sendiri. (almudazir)

08 Oktober 2007

Tugas Pertama dari Indopersda

AWAL tahun 2007, saya ditelepon oleh Alfian Zainal, rekan saya yang saat itu menjabat sebagai redaktur di Harian Pagi Tribun Batam. Alfian menugaskan saya untuk meliput tragedi tanah longsor di Nagari Air Dingin, Kabupaten Solok. Saya terkejut dengan perintah Alfian tersebut. Karena, saat itu saya belum lagi menjadi wartawan dari Kelompok KOMPAS GRAMEDIA, walau saya telah melalui psikotes dan wawancara, tapi belum dinyatakan lulus.  "Abang -sapaan akrab kami- segera berangkat ke lokasi. Sorenya laporan sudah harus dikirim, saya tunggu," perintah Bang Alfian.  Saya terkejut sekaligus berpikir. Dengan apa pula saya ke lokasi, ditambah lagi saat itu saya tidak punya uang yang cukup. Berangkat dengan motor, jelas tidak mungkin. Selain lokasinya cukup jauh, berjarak sekitar 60 kilo meter dari Kota Padang serta penuh tanjakan dan penurunan yang tajam.  Akhirnya saya putuskan untuk kembali menelepon Alfian, menanyakan soal biaya ke lokasi serta kemugkinan biaya apa saja yang akan ditanggung. Alfian menjawab, "kalau tidak mungkin berangkat dengan motor, pake mobil saja. Tapi laporan biaya harus ada bukti. Bila tidak sulit diklaim kantor," ujarnya.  Mendapat peluang seperti itu, saya lalu menghubungi Adrian Tuswandi dan Lindo Karsyah -dua rekan wartawan di Padang- yang sama-sama ikut tes dengan saya. Saya katakan saja, "Kita mendapat tugas dari Tribun Batam, untuk meliput musibah longsor di Kabupaten Solok."  Alhamdulillah, kedua kawan itu setuju berangkat. Maka, saya mulai menghubungi seorang teman untuk menyewa mobil rentalnya. Kebetulan, mobilnya lagi tidak disewa orang. Saya lalu menjemputnya, setelah itu berencana menjemput Adrian dan Lindo.  Ketika saya sedang mengendarai mobil itu, teringat bahwa saya tidak punya uang di kantong. kalau mobil, bisalah dibayar setelah dikembalikan, namun untuk beli minyak atau makan, jelas tidak bisa ditunda. Saya mesti memutar  otak lagi, agar persoalan ini dapat teratasi. Saya hubungi Lindo, kondisinya sama.  Begitu juga dengan Adrian, walau uangnya ada, tapi tetap saja tidak cukup untuk beli bensin dan makan kami bertiga.  Akhirnya saya putuskan untuk meminjam uang istri. Saya katakan bahwa saya dapat tugas dari Harian Tribun Batam, satu dari koran Kelompok KOMPAS GRAMEDIA, tempat saya sebelumnya mengikuti tes. Ternyata istri saya memaklumi dan bersedia meminjamkan uang yang merupakan untuk biaya hidup kami sebulan. Setelah menjemput uang itu ke kantor istri saya, langsung saja menjemput Adrian ke rumahnya. Lindo yang saat itu ada diskusi di kampus Universitas Andalas di Limau Manis, terpaksa menunggu di Pasar Baru.  Lalu, sepeda motor Lindo ditarok di mana? Bila diantar dulu ke rumahnya, jaraknya cukup jauh dari Pasar Baru. Cukup menyita waktu dan menghabiskan minyak. Setelah didiskusikan, akhirnya kami memutuskan untuk menitipkan motor Lindo di kantor Koramil Pauh, tidak jauh dari simpang Pasar Baru.  Sedikit menjelaskan maksud dan tujuan kami pada petugas piket, akhirnya motor Lindo dititipkan di kantor tersebut. Bertiga, kami berangkat menuju lokasi musibah.  Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00. Perjalanan menuju lokasi diperkirakan memakan waktu sekitar 2 jam. Ketika kami sudah sampai di simpang menuju lokasi longsor, dari arah berlawan muncul rombongan Mensos Bachtiar Chamsyah dan Gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi, yang baru saja meninjau lokasi. Otomatis, suasana di simpang itu jadi macet. Belum lagi ojek dan kendaraan sanak famili dari keluarga korban, membuat kami mesti menunggu beberapa saat untuk bisa masuk menuju lokasi yang jalannya cukup sempit dan licin. Karena lokasi longsor berjarak sekitar tujuh kilo meter dari simpang itu,  jelas tidak mungkin kami tempuh dengan jalan kaki. Bisa-bisa pesan Alfian Zainal agar kami mengirim berita hari itu juga tidak kesampaian. Karena itu, kami paksakan masuk dengan mobil.  Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah posko bencana. Posko ini terletak di sebuah sekolah dasar, yang berjarak sekitar dua kilo dari lokasi longsor. Mungkin karena hanya di sekolah itu satu-satunya lokasi yang agak luas, sehingga Bupati Solok, Gusmal, memilihnya untuk dijadikan posko, meski agak sedikit jauh dari lokasi.  Setelah mendapat informasi awal, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi. Saya, Adrian dan Lindo, lalu membagi tugas. Saya mewawancarai keluarga korban meninggal sambil mengambil foto rumah yang ambruk. Lindo mewawancarai warga yang rumahnya terkena longsoran serta mendeskripsikan suasana. Adrian mencari tokoh masyarakat dan kepala dusun serta saksi lainnya. Astagfirullah..! Tujuh rumah rata dengan tanah akibat dihantam tanah longsoran dan kayu-kayu-kayu yang dihanyutkan air.  Cerita tokoh masyarakat setempat, sebenarnya longsor bukan di lokasi itu, tapi jauh di bukit tepi hutan. Tanah longsoran bukit itu menutup anak sungai sehingga membentuk tanggul. Ketika hari hujan, tanggul yang tidak kuat lagi menahan air yang mengalir dari hulu, akhir jebol. Ratusan mungkin ribuan kubik tanah longsoran serta bebatuan dibawa air, lalu melanda perumahan penduduk yang berada di tepi sungai. Tujuh orang dinyatakan meninggal tertimbun tanah, termasuk tiga remaja yang malam itu tidur di mushalla, karena mushalla itu ikut rata dengan tanah.  Smeentara korban yang luka-luka telah dilarikan ke rumah sakit Angkatan Darat di Kota Solok. Karena itu, seusai melengkapi data di lokasi, kami melanjutkan perjalanan ke rumah sakit yang berjakat sekitar 30 kilo meter dari lokasi longsor. Di rumah sakit, kami mewawancarai para korban, termasuk seorang wanita yang sedang hamil tua. Dia selamat dari reruntuhan rumahnya, meski tubuhnya sedikit lecet. Kemudian kami balik ke Padang untuk membuat laporan. Setelah makan malam, kami sepakat membuat laporan di kantor saya saat itu, Mingguan Tribun Sumbar. Di sini, ada beberapa komputer, sehingga kami bisa sama-sama bekerja. Setelah semua selesai, termasuk mengedit foto, Adrian dan Lindo langsung pulang.  Sedangkan saya berangkat ke warnet untuk mengirim berita dan foto ke Harian Tribun Batam. Untuk memastikan apakah berita itu layak muat atau tidak, esoknya saya telepon Alfian Zainal. "Beritanya udah dimuat, lihat saja di website Tribun Batam," ujar Alfian. Benar, berita itu dimuat. Berita kami bertiga digabung menjadi dua berita yang dimuat dua hari berturut-turut.  Apakah dengan pemuatan berita itu kami sudah dipastikan lulus tes? Entahlah. Tapi yang pasti,   ketika pengumuman hasil tes wawancara, PSDM PT Indopersda Primamedia, Charlie mengatakan bahwa kami lulus tes  dan akan dilanjutkan dengan tes kesehatan. "Tunggu informasi berikutnya," kata Charlie, lewat ponselnya. Akhirnya kami memang diterima. Dari 10 calon redaktur yang ikut tes awal, lima dinyatakan lulus dna berhak ikut pelatihan di Tribun Batam, yakni saya, Lindo, Adrian, Rinaldi dan Harismanto. Setelah menjalani pendidikan selama satu setengah bulan di Harian Tribun Batam, kami dilepas ke medan laga di Pekanbaru, bergabung dengan teman-teman lain. (*)