03 Desember 2007
Menikmati Sawahlunto 2020 di Tahun 2007
* Menunggangi Gajah di Taman Margasatwa
* Peninggalan Kolonial di Museum Goedang Ransoem
* Asyiknya Bersepeda Air di Danau Buatan
LIBURAN sepekan lebih menyambut Hari Raya Idhul Fitri 1 Syawal 1428 H semakin dekat. Bila anda ingin menikmati liburan sekaligus pulang kampung ke Sumatera Barat, jangan lupa mampir di Kota Sawahlunto. Sebuah kota kecil yang juga disebut the little dutch atau 'Belanda Kecil'.
Kota ini memiliki nilai sejarah, karena disinilah pertamakali kolonial Belanda menemukan endapan batubara berkualitas tinggi yang diminati pasar asia dan eropa. Tidaklah mengherankan, Tambang Batubara Ombilin (TBO) di Sawahlunto yang ditemukan seorang engineer geologis bernama Willem Hendric De Greev pada tahun 1868, menjadi incaran dan dianggap penting oleh pemerintahan kerajaan Belanda saat itu.
Tahun 1892, tambang bawah tanah (under ground mine Ombilin ) mulai berproduksi dengan mempekerjakan 'manusia rantai' pekerja paksa berasal darai para jawara-jawara yang didatangkan kolonial Belanda, kebanyakan dari Pulau Jawa, Sulawesi, dan sebagian dari Sumatera.
Seiring mulai beroperasinya usaha pertambangan batubara Ombilin yang menjadi tambang terbesar saat itu, berbagai infrastruktur mulai dibangun, fasilitas perumahan, pabrik, dan dermaga pelabuhan kapal laut ikut menjadi bagian tidak terpisahkan dari kegiatan penambangan itu.
Sejarah mencatat, keberadaan pelabuhan Emma Haven yang kini disebut Pelabuhan Teluk Bayur, Pabrik Cement Portland Indarung, jalur rel kereta api Sawahlunto-Padang Panjang-Padang, pembangunannya tidak terlepas dari adanya tambang batubara di Sawahlunto tersebut.
Kini, kolonial tidak lagi bercokol disini. Namun, kebesaran Litle Ductch masih menyisakan sejarah yang masih bisa diingat. Bangunan tua bersejarah, jejak-jejak penambangan batubara bawah tanah, terowongan kereta api, dan peninggalan bersejarah lainya masih utuh untuk dikenang. Inilah historical Sawahlunto Heritage Tourism yang terus berbenah dan melangkah menuju visinya sebagai Kota Wisata Tambang pada tahun 2020, satu-satunya kota wisata yang mengandalkan nilai sejarah peninggalan penambangan batubara zaman kolonial di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Anda tidak perlu menunggu sampai tahun 2020. Semangat juang kepala daerah yang dipimpin Wali Kota Ir H Amran Nur, didukung berbagai stake holders kota dan DPRD setempat, membuat terjadinya perubahan signifikan kearah itu. Artinya anda sudah dapat menikmati susana tahun 2020 dari sekarang, karena telah banyaknya objek wisata pendukung yang dibangun pemerintah, bangunan dan kota lama terus direvitalisasi begitu halnya dengan objek lain seperti water boom tahap satu yang dilanjutkan dengan pembangunan tahap kedua.
Lapangan pacua kuda bertaraf nasional kedua terbesar setelah Pulo Mas Jakarta, sirkuit permanen motor cross, zona kawasan wisata masa depan di bekas penambangan batubara terbuka (open pit mining) Kandi yang dilengkapi Danau Tandikek dan Danau Kandi yang menjadi arena bermain keluarga, dekat dari danau itu juga ada Taman Margasatwa mini yang kini dilengkapi dengan berbagai jenis spicies binatang seperti gajah, kangguru, unta, dan binatang jenis lainnya.
Anda hanya butuh waktu tempuh sekitar 2 jam dari Payakumbuh atau sekitar 65 km, dan 2,5 jam bila datang dari arah Padang-Solok. Jika berkeliling dari Padang terus ke Padang Panjang melewati Danau Singkarak lalu Kota Solok dan ke Sawahlunto hanya perlu waktu sekitar 3 jam.
Begitu halnya bila datang dari arah Jambi untuk ke Sawahlunto hanya butuh perjalanan sekitar 5 jam, jalannya lurus dan lebar beraspal hot mix. Selain ingin ke objek tersebut, di atas di Kota "Tua" Sawahlunto juga sudah ada museum Goedang Ransoem dan Museum Kereta Api. Pada dua museum yang yang hanya berjarak sekitar 1 km ini, anda dapat mengenali sejarah dan mengenali Sawahlunto sebagai kota tambang bersejarah.
Khusus di museum kereta api. Anda bisa menikmati kereta wisata menuju dan masuk terowongan kereta terpanjang di Indonesia dengan hanya membeli karcis satu kali perjalanan Rp 3000. Dan untuk masuk museum Gudang Ransoem dipungut retribusi Rp 1000 dewasa dan Rp 500 anak-anak sama halnya dengan karcis masuk museum kereta api.
Jika anda ingin ke waterboom pada masa liburan ini hanya dipungut biaya masuk sebesar Rp 10 ribu. Di dalam ada fasilitas hiburan, warung makanan, dan jika punya nyali, anda dapat menikmati sarana Flying fox untuk bergantungan dilangit waterboom.
Nah, sekarang jika ingin ke kebun binatang mini, maka nikmatilah tunggangan gajah hanya dengan membayar Rp 5000 untuk dewasa/anak per orang, anda akan berkeliling duduk dipundak gajah. Tapi sebelumnya anda harus merogoh kocek masuk lokasi sebesar Rp 2.500 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak.
Sekarang soal perut. Bila anda puas berjalan dan perut terasa lapar, di Sawahlunto banyak rumah makan yang menyediakan makanan spesifik seperti, Soto Urang Awak dan Rumah Makan Dendeng Batokok di Muaro Kalaban, serta banyak lagi restoran. Anda tinggal pilih. Selamat Berwisata Lebaran. (almudazir/indra yosef)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar